Menggapai Dunia Dengan Membaca
Oleh: Siti Mutohharoh
Kondisi minat baca masyarakat Indonesia saat ini dapat dikatakan sangat rendah dan rentan. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa banyaknya masyarakat yang kembali menjadi buta huruf karena ketrampilan membacanya tidak pernah asah. Rendahnya minat baca disebabkan karena masyarakat Indonesia belum menempatkan buku sebagai kebutuhan pokok setelah sandang, pangan dan papan,. Selain itu, ditengah maraknya multimedia dan pesatnya kemajuan teknologi, minat baca masyarakat kian menjadi masalah yang krusial.
Sebagai contoh, maraknya program tayangan televisi (TV) dan video game yang semakin menggoda. Masyarakat lebih senang dengan tayangan warna-warni yang hidup dari pada menyimak lembar demi lembar kertas yang membutuhkan sebuah penyimpulan atau menafsirkan sendiri. Namun ironisnya mereka lebih betah diam berjam jam lamanya hanya sekedar menonton tayangan sinetron-sinetron dan tayangan entertainment yang disajikan TV yang manfaatnya jauh lebih kecil. Tragisnya lagi, banyak dari sebagian masyarakat yang menjadikan TV bukan hanya sebagai tontonan , tapi beralih menjadi tuntunan dalam kehidupan mereka yang dampaknya bukan menjadikan hidup menjadi lebih baik, namun hanya menjadikan kemerosotan moral. Sehingga yang terjadi justru masyarkat tidak semakin membaik namun sebaliknya. Sehingga sangat perlu sekali agar keduanya dapat berjalan seimbang. Jika tidak, maka akan cenderung akan memiliki pola pikir yang simplistic serta kurang mempunyai daya kritis. Pada akhirnya, hal ini akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas, dan perkembangan kognitif seseorang. Fenomena lain anak-anak sekarang lebih suka main game dan pergi ke playstation daripada membaca buku baik pelajaran maupun buku umum lainya, apalagi pergi ke perpustakaan.
Kita sadari bahwa membentuk kebiasaan membaca bukanlah proses langsung jadi (instan) namun membutuhkan waktu yang relative lama dan harus dilakukan secara kontinyu. Sebab minat baca bukanlah sesuatu yang lahir begitu saja pada diri seseorang, melainkan harus dipupuk dan dibina sejak dini agar menjadi suatu kebiasaan yang baik bagi seseorang. Minat itu timbul karena adanya kebiasaan. Minat bisa diartikan sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktifitas disertai rasa senang tanpa terikat atau terpaksa. Sedangkan membaca merupakan kemampuan dan keterampilan untuk membuat suatu penafsiran terhadap bahan yang dibaca. Karena itulah membaca merupakan kegiatan intelektual yang dapat mendatangkan pandangan, sikap, dan tindakan yang positif. Fungsi dari membaca sendiri itu adalah dapat membuka cakrawala pengetahuan menjadi lebih luas, pengetahuan kita menjadi lebih bertambah sehingga menjadi manusia yang tidak picik.
Mengingat begitu pentingnya membaca, maka perlu adanya pembinaan minat baca terhadap masyarakat sebagai salah satu upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itu perlu adanya rangsangan yang bisa mempengaruhi minat baca masyarakat meningkat. Upaya tersebut diantaranya yaitu menyediakan buku-buku bacaan yang bermanfaat, menarik, bervariasi, dan dibutuhkan masyarakat, dan tentunya mudah dijangkau masyarakat. Lebih baiknya lagi bisa didapatkan secara cuma-cuma.
Disini perpustakaan menjadi solusi yang seharusnya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Karena perpustakaan berperan penting dalam mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan belajar mandiri, maka perpustakaan harus diperbaiki sistemnya. Jika itu perpustakaan sekolah, perpustakaan harus dibuka secara terjadwal dan teratur, jangan membatasi jam buka perpustakaan pada jam istirahat saja, karena bila itu dilakukan, maka perpustakaan sekolah tidak akan menjadi tempat untuk menyalurkan atau mengembangkan minat baca anak didik. Namun hanya berfungsi sebagai tempat pencarian bahan tugas bagi siswa, membuka jam pelayanan yang lebih panjang jika itu perpustakaan umum.
Selain itu para petugas perpustakaan atau pustakawan sendiri harus benar-benar terdidik, terampil dan professional dalam mengelola perpustakaan terutama dalam mengelola dan menentukan koleksi bahan pustaka dan penyajian tempat agar pengunjung merasa nyaman dan senang untuk sering mengunjungi perpustakaan dan memanfaatkan koleksi atau buku-buku yang ada.
Pengadaan dan pemanfaatan buku juga harus diperhatikan agar pengunjung dapat memanfaatkannya dengan baik, misalnya: tidak perlu banyak duplikasi karena koleksi buku akan menjadi sia-sia, cukup untuk setiap judul buku dua atau tiga eksemplar karena dana bisa digunakan untuk pembelian buku lain. Bahkan bila kekurangan dana bias satu eksemplar saja untuk satu judul sehingga bisa semakin banyak ilmu yang diserap oleh pembaca. Pilihan buku juga harus bervariasi, misalnya cerita rakyat, humor, petualangan, puisi, biografi, masalah remaja, nonfiksi, majalah, dsb. Karena selain merupakan pusat informasi bagi masyarakat perpustakaan juga merupakan tempat memperoleh bahan rekreasi sehat melalui buku-buku bacaan yang sesuai dengan tingkatan umur pembaca. Utamakan buku yang bermutu dan berkualitas karena dapat dijadikan sumber kreasi baru bagi masyarakat, hindari buku sarat moral, buku yang berisi pelecehan gender, buku yang mengetengahkan pelecehan social dan buku yang memburukkan agama lain, sering mengunjungi pameran buku karena biasanya ada beberapa buku yang dapat dijadikan referensi untuk tambahan koleksi perpustakaan.
Perpustakaan harus mampu menarik perhatian untuk selalu dikunjungi bukan hanya untuk mencari buku sebagai bahan-bahan atau referensi pembuatan tugas, tetapi untuk dikunjungi setiap saat sebagai sarana pengembangan minat baca dan penambah wawasan dan ilmu pengetahuan masyarakat. Perpustakaan harus mampu merubah citranya dimata masyarakat yang selama ini dianggap hanya sebagai gudang buku. Karena kita lihat realita saat ini banyak sekali perpustakaan baik perpustakaan sekolah, perguruan tinggi, perpustakaan umum, dan jenis perpustakaan lainnya yang berdiri megah tetapi pengunjung atau peminatnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Mendayakan perpustakaan artinya mendayagunakan juga para pendidik yang sudah terampil berwawasan mengenai bagaimana menggunakan buku sebaik mungkin dan seefektif mungkin. Perpustakaan saat ini dituntut untuk mampu beradaptasi di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna secara relevan, akurat dan cepat. Buku yang menumpuk atau perpustakaan yang mewah tidak ada gunanya tanpa menjadikan perpustakaan sebagai pusat minat baca yang efektif dan efisien.
Siti Mutohharoh adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
simuth_34@yahoo.co.id
Berdomisili di Podok Pesantren Nurul Ummahat, Kotagede Yogyakarta
Kondisi minat baca masyarakat Indonesia saat ini dapat dikatakan sangat rendah dan rentan. Hal ini bisa dilihat dari sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa banyaknya masyarakat yang kembali menjadi buta huruf karena ketrampilan membacanya tidak pernah asah. Rendahnya minat baca disebabkan karena masyarakat Indonesia belum menempatkan buku sebagai kebutuhan pokok setelah sandang, pangan dan papan,. Selain itu, ditengah maraknya multimedia dan pesatnya kemajuan teknologi, minat baca masyarakat kian menjadi masalah yang krusial.
Sebagai contoh, maraknya program tayangan televisi (TV) dan video game yang semakin menggoda. Masyarakat lebih senang dengan tayangan warna-warni yang hidup dari pada menyimak lembar demi lembar kertas yang membutuhkan sebuah penyimpulan atau menafsirkan sendiri. Namun ironisnya mereka lebih betah diam berjam jam lamanya hanya sekedar menonton tayangan sinetron-sinetron dan tayangan entertainment yang disajikan TV yang manfaatnya jauh lebih kecil. Tragisnya lagi, banyak dari sebagian masyarakat yang menjadikan TV bukan hanya sebagai tontonan , tapi beralih menjadi tuntunan dalam kehidupan mereka yang dampaknya bukan menjadikan hidup menjadi lebih baik, namun hanya menjadikan kemerosotan moral. Sehingga yang terjadi justru masyarkat tidak semakin membaik namun sebaliknya. Sehingga sangat perlu sekali agar keduanya dapat berjalan seimbang. Jika tidak, maka akan cenderung akan memiliki pola pikir yang simplistic serta kurang mempunyai daya kritis. Pada akhirnya, hal ini akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas, dan perkembangan kognitif seseorang. Fenomena lain anak-anak sekarang lebih suka main game dan pergi ke playstation daripada membaca buku baik pelajaran maupun buku umum lainya, apalagi pergi ke perpustakaan.
Kita sadari bahwa membentuk kebiasaan membaca bukanlah proses langsung jadi (instan) namun membutuhkan waktu yang relative lama dan harus dilakukan secara kontinyu. Sebab minat baca bukanlah sesuatu yang lahir begitu saja pada diri seseorang, melainkan harus dipupuk dan dibina sejak dini agar menjadi suatu kebiasaan yang baik bagi seseorang. Minat itu timbul karena adanya kebiasaan. Minat bisa diartikan sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menikmati suatu aktifitas disertai rasa senang tanpa terikat atau terpaksa. Sedangkan membaca merupakan kemampuan dan keterampilan untuk membuat suatu penafsiran terhadap bahan yang dibaca. Karena itulah membaca merupakan kegiatan intelektual yang dapat mendatangkan pandangan, sikap, dan tindakan yang positif. Fungsi dari membaca sendiri itu adalah dapat membuka cakrawala pengetahuan menjadi lebih luas, pengetahuan kita menjadi lebih bertambah sehingga menjadi manusia yang tidak picik.
Mengingat begitu pentingnya membaca, maka perlu adanya pembinaan minat baca terhadap masyarakat sebagai salah satu upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena itu perlu adanya rangsangan yang bisa mempengaruhi minat baca masyarakat meningkat. Upaya tersebut diantaranya yaitu menyediakan buku-buku bacaan yang bermanfaat, menarik, bervariasi, dan dibutuhkan masyarakat, dan tentunya mudah dijangkau masyarakat. Lebih baiknya lagi bisa didapatkan secara cuma-cuma.
Disini perpustakaan menjadi solusi yang seharusnya bisa memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Karena perpustakaan berperan penting dalam mengembangkan minat dan budaya membaca yang menuju kebiasaan belajar mandiri, maka perpustakaan harus diperbaiki sistemnya. Jika itu perpustakaan sekolah, perpustakaan harus dibuka secara terjadwal dan teratur, jangan membatasi jam buka perpustakaan pada jam istirahat saja, karena bila itu dilakukan, maka perpustakaan sekolah tidak akan menjadi tempat untuk menyalurkan atau mengembangkan minat baca anak didik. Namun hanya berfungsi sebagai tempat pencarian bahan tugas bagi siswa, membuka jam pelayanan yang lebih panjang jika itu perpustakaan umum.
Selain itu para petugas perpustakaan atau pustakawan sendiri harus benar-benar terdidik, terampil dan professional dalam mengelola perpustakaan terutama dalam mengelola dan menentukan koleksi bahan pustaka dan penyajian tempat agar pengunjung merasa nyaman dan senang untuk sering mengunjungi perpustakaan dan memanfaatkan koleksi atau buku-buku yang ada.
Pengadaan dan pemanfaatan buku juga harus diperhatikan agar pengunjung dapat memanfaatkannya dengan baik, misalnya: tidak perlu banyak duplikasi karena koleksi buku akan menjadi sia-sia, cukup untuk setiap judul buku dua atau tiga eksemplar karena dana bisa digunakan untuk pembelian buku lain. Bahkan bila kekurangan dana bias satu eksemplar saja untuk satu judul sehingga bisa semakin banyak ilmu yang diserap oleh pembaca. Pilihan buku juga harus bervariasi, misalnya cerita rakyat, humor, petualangan, puisi, biografi, masalah remaja, nonfiksi, majalah, dsb. Karena selain merupakan pusat informasi bagi masyarakat perpustakaan juga merupakan tempat memperoleh bahan rekreasi sehat melalui buku-buku bacaan yang sesuai dengan tingkatan umur pembaca. Utamakan buku yang bermutu dan berkualitas karena dapat dijadikan sumber kreasi baru bagi masyarakat, hindari buku sarat moral, buku yang berisi pelecehan gender, buku yang mengetengahkan pelecehan social dan buku yang memburukkan agama lain, sering mengunjungi pameran buku karena biasanya ada beberapa buku yang dapat dijadikan referensi untuk tambahan koleksi perpustakaan.
Perpustakaan harus mampu menarik perhatian untuk selalu dikunjungi bukan hanya untuk mencari buku sebagai bahan-bahan atau referensi pembuatan tugas, tetapi untuk dikunjungi setiap saat sebagai sarana pengembangan minat baca dan penambah wawasan dan ilmu pengetahuan masyarakat. Perpustakaan harus mampu merubah citranya dimata masyarakat yang selama ini dianggap hanya sebagai gudang buku. Karena kita lihat realita saat ini banyak sekali perpustakaan baik perpustakaan sekolah, perguruan tinggi, perpustakaan umum, dan jenis perpustakaan lainnya yang berdiri megah tetapi pengunjung atau peminatnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Mendayakan perpustakaan artinya mendayagunakan juga para pendidik yang sudah terampil berwawasan mengenai bagaimana menggunakan buku sebaik mungkin dan seefektif mungkin. Perpustakaan saat ini dituntut untuk mampu beradaptasi di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna secara relevan, akurat dan cepat. Buku yang menumpuk atau perpustakaan yang mewah tidak ada gunanya tanpa menjadikan perpustakaan sebagai pusat minat baca yang efektif dan efisien.
Siti Mutohharoh adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
simuth_34@yahoo.co.id
Berdomisili di Podok Pesantren Nurul Ummahat, Kotagede Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar